SYDNEY, KOMPAS.com – Kota-kota besar di Australia terus berkembang, namun perdebatan tentang bagaimana mengatasi masalah kurangnya lahan permakaman masih tetap ada.
Permakaman Sydney sudah hampir penuh, tetapi pembangunan lahan yang baru ditentang keras oleh penduduk setempat.
Para ahli mengatakan, “Tidak ada yang menginginkan kuburan di halaman belakang mereka”.
Sydney belum membangun peemakaman baru dalam setengah abad terakhir meski populasinya sudah bertambah dua kali lipat selama periode itu.
Temuan tahun 2021 mengatakan, kapasitas permakaman Sydney akan penuh pada tahun 2051.
Namun, beberapa kelompok agama dan kebudayaan bisa kehabisan ruang permakaman hanya dalam waktu tiga tahun.
Kazi Ali, yang mengepalai Dewan Pemakaman Muslim, mengatakan bahwa situasi ini sangat memprihatinkan, karena komunitasnya mencari ruang permakaman yang lebih sesuai dengan budaya.
“Ini adalah mimpi buruk. Lahan yang kami miliki saat ini tidak akan bertahan lebih dari tiga sampai empat tahun,” kata Kazi.
Setelah kehabisan lahan permakaman, komunitas Muslim di pinggiran barat Sydney ditawari 4.500 petak di permakaman Katolik terdekat, yang kini bahkan sudah penuh.
“Ini adalah situasi yang tidak pernah berakhir karena orang akan meninggal, agama kami tidak mengizinkan kremasi, Yahudi tidak mengizinkan kremasi, sebagian besar umat Katolik tidak mengizinkan kremasi, jadi dalam hal ini, kami butuh lahan permakaman normal,” kata Kazi.
Pembangunan lahan kuburan ditolak masyarakat
Pembangunan permakaman besar baru tengah berlangsung di dekat Campbelltown, yang menurut para pendukung akan membantu mengatasi krisis tersebut.
Tetapi kegiatan ini mendapat penentangan keras dari penduduk setempat.
Jacqui Kirkby adalah pendiri Scenic Hills Association yang beranggotakan warga biasa, petani, dan biarawan Karmelit.
Mereka sudah berjuang memerangi pembangunan lahan kuburan di daerah rumah mereka selama dekade terakhir.
Jacqui mengatakan pembangunan kuburan yang dianggapnya “keterlaluan” tersebut bertentangan dengan keinginan masyarakat.
“Ini menunjukkan betapa rusaknya sistem perencanaan pembangunannya, dan masyarakat kami tidak percaya pada itu,” kata Jacqui.
“Ketiga anggota parlemen, federal, dan negara bagian telah menentangnya, dewan menolaknya, sebagian besar anggota dewan, Liberal, Buruh dan independen, mereka semua menolak permakaman ini. Hanya dua orang yang mendukung permakaman ini di dewan.”
Rumah Jacqui yang berusia 160 tahun berada di tengah-tengah permakaman seluas 113 hektare yang sedang dibangun.
“Kami telah diberitahu oleh penilai bahwa rumah kami didevaluasi hingga mungkin tidak dapat dijual, sehingga menempatkan kami pada posisi yang sangat sulit,” katanya.
“Kami sangat terpukul, benar-benar hancur. Saya hanya mengira permakaman ini akan menuai reaksi menyedihkan.”
Inovasi para desainer
Dengan hampir tidak adanya solusi jangka panjang untuk krisis ini, beberapa orang sudah berpikir untuk merombak sistem permakaman.
David Neustein adalah arsitek asal Sydney yang sedang mencari cara baru untuk merancang permakaman–di antaranya adalah burial belt atau sabuk penguburan.
Model “sabuk penguburan” ini berarti penguburan jenazah dilakukan di pohon, bukan deretan batu nisan, untuk menghindari keharusan membuka lahan atau menggunakan ruang yang sempit untuk kuburan baru.
David, yang juga telah bekerja sama dengan komunitas Yahudi dan Islam di Sydney saat mengerjakan desain permakaman, mengatakan perubahan besar mungkin terjadi dengan tetap menghormati praktik agama dan budaya.
“Minoritas masih belum diperhatikan dengan baik di dalam masyarakat yang didominasi Anglo,” katanya.
“Meskipun New South Wales multikultural–dan Pemakaman Rookwood (di Sydney barat) misalnya adalah permakaman yang paling beragam secara demografis di Bumi–kami masih belum memenuhi kebutuhan komunitas Muslim, yang sekarang memiliki permintaan terbesar untuk penguburan,” kata David.
“Pada dasarnya tidak ada alasan untuk tidak melakukan penguburan alami–penguburan tanpa batu nisan, tanpa peti mati, dengan cara yang memungkinkan alam memulihkan tanah–tidak ada yang melarangnya dalam kepercayaan Islam atau Yudaisme.”
Dalam pernyataannya, juru bicara Departemen Perencanaan dan Lingkungan NSW mengatakan pihaknya mengambil “pendekatan menyeluruh” untuk mengatasi kekurangan ruang permakaman.
Ini termasuk menemukan tanah yang cocok untuk permakaman baru dan menyelidiki pengelolaan ulang tanah pemerintah.
Departemen tersebut juga telah memperbaharui perencanaan sehingga lahan yang ada dapat menampung 5.000 kuburan atau lebih dan mengatakan sudah berkonsultasi dengan masyarakat.
“Pertimbangan utama dalam menentukan lokasi yang cocok untuk kuburan meliputi zonasi, ukuran, topografi, geologi, risiko banjir dan kebakaran hutan, konektivitas transportasi, kesesuaian dengan penggunaan lahan di sekitarnya, dan potensi biaya akuisisi dan pengembangan,” kata juru bicara pemerintah.
Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Lahan #Permakaman #Sydney #Menipis #Warga #Menentang #Pembangunan #Baru #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli
Discussion about this post